Senja, aku sudah lelah. Tapi aku tak akan pernah menyerah!

Sesungguhnya, aku sudah lelah. Tapi aku tak akan pernah menyerah!

Senja, jika aku yang kecil ini menuntut pada Ibu Pertiwi tentang keadilan?! Siapa yang akan memberi keadilan itu? Siapa?!

Senja, tahukah kau siapa aku?!
Aku anak petani miskin dari Desa terpencil. Desa yang sebagian besar penduduknya, adalah Petani yang hanya mengharapkan hujan dari langit, untuk mengairi sawah mereka. Aku yang 15 tahun yang lalu, kadang jadi bahan ejekan teman-teman SD dan SMP. Karena bagian depan sepatuku robek. Bajuku ga pernah disetrika. Aku si miskin Yang terpaksa jadi kuli bangunan tuk biaya sekolah. Yang pernah menangis saat juara olimpiade matematika dan fisika waktu SMA (meski hanya sampai tingkat Provinsi), karena berhasil mengalahkan putra putri pejabat dan pengusaha kaya yang sombong.

Senja,
Mahasiswa Matematika, yang rela ditendang, diarak di jalan, untuk aksi teatrikal sebagai simbol keprihatinan tuk saudara kita di Papua, karena kekayaan alamnya dikuras habis oleh oknum tidak bertanggung jawab, itu juga aku.
Wakil ketua organisasi mahasiswa, yang berhasil ngumpulin dana jutaan rupiah. Bersama teman-teman mahasiswa, saat pimpin aksi damai untuk tsunami Aceh di kotaku, itu juga aku.
Pemuda, yang selalu meyakinkan sahabat dan sudara di kampung halaman, untuk tetap sekolah walau orang tua tidak mampu, itu aku!

Senja,
Lelaki yang harus nombok uang jutaan rupiah. Hanya untuk biaya kegiatan pembinaan pemuda di desanya. Karena pemerintah setempat tutup mata. Dan pada akhirnya, untuk menebus kekurangan dana itu, puluhan pohon cengkehnya yang ia tanam sejak di bangku SMP. Yang bagi sebagian pemuda di desa, bisa digunakan untuk mahar pernikahan, harus dijual. Itu juga aku!
Pria yang pernah terpaksa tinggal di rumah sahabatnya, untuk mempertahankan hidup beberapa saat. Itu juga aku.
Manusia biasa, yang hingga hari ini terus beajar menjadi ada. Itu juga aku.
Hamba Allah, yang hari ini mulai mendapatkan kekuatan. Dimana pintu-pintu rezekinya telah terbuka. Baginya kebahagiaan terbesar adalah, ketika ia bisa memberi manfaat untuk sesama. Itu juga aku.

Senja...
Jangan tanya berapa kali aku menatap nanar di penghujung cahayamu, karena kehilangan harapan. Aku mulai ragu, dengan negeri ini. Negeri yang tak mampu menyiapkan harapan untuk orang-orang kecil sepertiku.
Jangan tanya berapa banyak air mata duka yang mengalir dari pipiku karena ingat saudaraku yang di kampung halaman.

Stop senja!!
Jangan tanyakan apa-apa lagi tentang aku.
Aku hanya ingin berjuang untuk mereka yang teraniaya di negeri sendiri. Berpikir untuk mereka yang jadi gelandangan di kampung sendiri.

Senja,
Jangan ajari aku berduka!
Jangan ajari aku menangis!
aku sudah terlalu lelah untuk itu...

Senja, aku lelah memikirkan bangsa ini. Lantas aku siapa?? Aku hanya pengelana impian...
Astagfirullah...
Ya Allah, ampuni aku dan senja yang belum bisa berbuat lebih untuk sahabat-sahabat kecil kami.
Tuhan, semua ini karena kekuatan yang Engkau anugrahkan pada-hamba yang lemah ini. Beri aku kekuatan tuk tetap tegar. Amin.

Catatan:
"aku" dalam kisah itu adalah EL. Ga ada rekayasa, semua benar-benar terjadi.
Makanya, jangan tanya mengapa aku teralu bersemangat menulis catatan ini. hehe... maaf, tulisanku masih banyak kelemahan. Sekedar berbagi inspirasi. jangan menyerah!
Salam^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar