pagi yang gelisah
embun menambah resah tanah basah
dingin menusuk tulang Ayah yang tak lagi perkasa

demi cinta untuk Ayah yang terbaring lemah
kugantikan perannya sebagai tulang punggung keluarga
mencari rezeki, menyusuri lereng gunung, menapak bebatuan, hutan, anak sungai.

di perjalanan yang melelahkan, terurai isyarat hati untuk masa depan
di kebun, di bawah pohon cengkeh, lukisan mimpi-mimpiku terlihat
dengan napas tersengal, kuucapkan dalam hati:
aku ingin bahagiakan keluargaku!
aku tidak boleh miskin seperti Ayahku!
aku harus melawan kemiskinan warisan ini!
aku ingin menjadi pemenang kehidupan dengan caraku sendiri!

yah, dari sana semua berawal. di kebun Ayah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar