Curhat inspiratif (romansa cinta masa SMA)

Surat cintaku ternyata sesuatu!

*
Tiga hari yang lalu. Aku dihubungi (lewat hp) oleh mantan kekasih, yang "terpaksa" kuputuskan karena perjodohan yang menyayat hati. Sebut saja namanya Kalin.

Setelah ngobrol panjang lebar tentang dunia sastraku saat ini. Ia kemudian minta maaf.
"Kak, sebenarnya saya punya salah," tuturnya dengan suara pelan dan mengharap iba.
"Emang salah apa? Kan seharusnya aku yang minta maaf, karena aku yang banyak salah selama ini."

"Gini Kak, waktu Kak EL pergi ke Palu untuk lanjut kuliah, kan sempat nitip surat cinta untuk saya. Nah, isi surat itu, aku tulis kembali dalam bentuk puisi, tanpa aku rubah kata-katanya. Hanya susunannya saja yang berubah. Puisinya aku pajang di Mading sekolah. Karena puisi itu aku dipanggil oleh Guru Bahasa Indonesia. Beliau memuji puisi itu, dan menjadikannya sebagai rujukan penulisan puisi bagi siswa sekelas. Kemduian aku jujur, bahwa semua kata-kata dalam puisiku, bukan karyaku. Tapi yang aku ambil dari surat Kakak. Dan baru hari saya sempat jujur dan minta maaf, karena memajang isi hati Kakak di mading sekolah".

Aku tersanjung mendengar pengakuan itu, sembari mengingat surat yang pernah aku tulis dulu.

***

Hem, el hanya pengen bilang bahwa...
sastra sebenarnya sudah dekat dalam hidupku sejak aku masih usia SD.
Mulai dari ikut lomba membaca puisi antar SD.
Bermain drama di acara perpisahan SMP.
Dan kebiasaan yang paling sering aku lakukan adalah...
menulis surat cinta untuk gadis yang kukagumi.
Aku rela membeli kertas surat berwarna pink.
Biasanya surat itu aku gunakan untuk menyatakan cinta, atau pada saat perpisahan.
Hehe, jadul tapi sangat membekas dalam ingatan.
Mungkin dari sanalah aku belajar secara otodidak. merangkai kata-kata dengan indah dan menyentuh jiwa. Dan Alhamdulillah. 2011 kemarin aku bergabung di WR. Wadah yang kuyakini, akan menghidupkan kembali "ruh sastra" dalam hatiku.
Kuantitas karya bukan masalah. Aku sedang belajar dan terus belajar. Agar kelak mampu mencipta karya luar biasa. Semoga bisa.

Pesan EL;
Mencintai sastra, tidak cukup dibuktikan dengan "aktifitas" menulis belaka. Ia-nya perlu menyatu dengan kehidupan. Maka, jadikanlah ia "ada" di dalam hidup kita. Hingga kita merasa, bahwa tanpanya kita kehilangan sesuatu.

Tidak perlu menyandang identitas sebagai penulis hebat atau penya'ir terkenal. Sesungguhnya sastra itu adalah nutrisi untuk jiwa. Pelipur! Penguat!

Kini, mungkin kita baru sadar satu hal, bahwa kita telah menikmati kebersamaan dengannya sejak dulu. Meski terlambat tersadar, kita akan belajar, agar bahagia bersamanya. Selamanya.

I Love sastra, kamu juga kan?


Hehe,...
demikian curhat EL.
Semoga mengisnpirasi!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar